Posted by : ROHIS - SMKN 1 CIBINONG
Selasa, 06 Januari 2015
Cinta Tanpa Pacaran
(Buletin
El-Marjan [Edisi. 05/Th. II)
Oleh Wilda Awaliyah [@wildafillaah]
Oleh Wilda Awaliyah [@wildafillaah]
Kawan, tema
kali ini tuh tentang Cinta (cinta lagi, cinta lagi, hehe). Kenapa sih cinta
terus yang dibahas? Yup karena Cinta itu selalu melekat dengan remaja masa
kini. Remaja masa kini selalu mengaitkan cinta dengan pacaran, padahal pacaran itu bukan budayanya remaja muslim. Pacaran itu nggak nyeni banget
dilakuin remaja muslim, dan sekali haram, pacaran tetaplah haram, titik teu
dikomaan (baca: titik yang nggak pake koma lagi).
Wah ngotot banget nih, Buletin El-Marjan bahas tentang pacaran. Sstt… habisnya, suka sad-sad gitu
kalo lihat remaja yang pacaran, tapi sebenarnya mereka tahu hukumnya haram,
padahal nih para aktivis rohis udah panas tenggorokan, pada serak ngasih tahu
nggak bosan-bosannya. Selebaran pun bertebaran, mading sampe jamuran. Semua
berisi dengan tulisan “Say No To Pacaran”. Begitupun di masyarakat, banyak
majelis taklim remaja yang teriak-teriak bahwa pacaran itu haram. Oiya, bukan cuma itu, kekeliruan remaja memahami konsep cinta
pun sering jadi alasan. Padahal nih ayat udah ngolotok banget
alias udah hapal di luar kepala kayaknya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”(QS al-Israa’ [17]: 32)
Semua hal yang mendekati zina tentu itu harus kita jauhi.
Nggak pakai alasan-alasan lagi.
Ta’aruf, atau pacaran terselubung?
Ada nggapan ngawur bahwa kalo remaja nggak pacaran siap-siap
dibilang katro, norak, nggak laku dsb. Jadi seolah pacaran bagi remaja adalah
sebuah hal yang perlu. Anak SD pun udah banyak yang pacaran. Hancur deh
generasi di hadapan mata, semua sibuk dengan urusan naluri cinta namun di ekspresikan melalui jalan yang menyimpang, atau tepatnya
melalui aktivitas yang namanya pacaran.
Kawan, padahal kan justru yang ngelakuin pacaran itu bisa
dibilang katro, karena pacaran itu kan bukan budaya dari Islam. Islam melarang
aktivitas pacaran, tapi untuk memenuhi naluri melestarikan keturunan, rasa
cinta itu diberi ruang untuk mengekspresikannya melalui pintu pernikahan.
Bener Kawan: pacaran itu hubungan terlarang, sementara nikah itu ikatan
yang halal. Nah, ini adalah masalah lagi nih. Bener. Kekeliruan pun kian
banyak terjadi. Saat banyak yang ‘sad ar’ pacaran itu haram, tetep aja setan belum puas ganggu
manusia. Maka akibatnya, setan ngasih jebakan baru, sehingga orang mencari jalan lain yang dianggap
aman dan halal—menurut hawa nafsunya. Apa buktinya? Yup, jadinya ngakalin.
Dalam Islam kan dikenal istilah ta’aruf, istilah inipun akhirnya diselewengkan
oleh aktivis pacaran sebagai suatu hal yang mirip dengan pacaran. Padahal, keliru
banget. Ta’aruf yang mereka lakuin adalah ta’aruf yang terkontaminasi dengan
hawa nafsu yang dikemas dalam hubungan gelap bernama pacaran. Modus yang
mengecewakan, Kawan. Padahal ta’aruf itu adalah suatu
tahap yang ada dalam proses khitbah (baca: meminang—yang sudah serius ke arah pernikahan). Jadi khitbah dulu baru ada
tahap ta’aruf di situ—tentu saja dengan syarat-syarat yang ketat, seperti nggak
boleh berduaan meskipun udah khitbah. Kalo sudah khitbah berarti sudah siap
menikah, karena khitbah itu berupa pinangan seorang lelaki kepada wanita
melalui permohonan resmi kepada orang tua si wanita dengan tujuan untuk
menikahinya. Nah, kalo belum siap buat nikah? Ya, itu berarti bukan ta’aruf
itu mah, tapi pacaran terselubung pake kedok ta’aruf. Parah!
Jadi, plis deh kawan. Kamu yang masih ngotot bahwa dirimu
sedang ta’aruf tapi nyatanya terselubung jadi pacaran, segera nyadar
sebelum ajal datang. Sterilkan dari hal-hal yang akan menjerumuskan pelaku
ta’aruf ke hal-hal yang hina dari mendekati zina atau malah zina yang sesungguhnya.
Remaja dan cinta
Remaja, adalah masa yang katanya “serba transisi”. Peralihan dari anak-anak jadi dewasa dengan
pemikiran yang mulai berjalan secara bercabang-cabang dengan tujuan yang
katanya untuk mencari jati diri. Waduh, nih lebay nulisnya ya, belibet pula
kayak gini. Yup, intinya masa remaja itu juga ditandai dengan memperhatikan
penampilan agar terlihat sempurna. Nggak ketinggalan, rasa-rasa sumringah
berwarna pink atau yang kita kenal virus merah jambu ini pun tak dipungkiri mulai
menempati posisi tersendiri dalam rona kehidupan remaja. Bener kan? Kamu
ngerasain juga? Hehehe. Sama.
Perasaan cinta yang menghampiri itu emang naluri, namun
tidak berarti kita bebas memuaskan naluri itu, dengan wujudkannya melalui pacaran
atau dengan hal-hal yang kita inginkan menurut hawa nafsu kita yang
masuk kategori mendekati zina atau malah berzina. Naudzubillah min
dzalik.
Nah, dalam Islam tentu kita (seharusnya) tahu banyak tentang
syariat Islam yang bisa cegah manusia dari zina. Jadi, ‘rasa cinta’ adalah
fitrah, namun pemuasannya adalah pilihan. Maka, tentukanlah sekarang! mau ikut aturan siapa? Nurut sama aturan Allah Ta’ala atau
ikutan aturan selain Islam dengan ngelakuin pacaran? Tapi tentu ada
konsekuensinya dari setiap pilihan. Milih pahala atau dosa? Sobat muda muslim,
kalo boleh ngasih tips nih ya, tentu sebagai mahluk Allah Ta’ala kita tentu
yakin akan adanya hari perhitungan (yaumil hisab). Daripada di akhirat sengsara
karena nyoba pacaran,ya mending ikut aturan Allah
yang tentu menyelamatkan. Ikut aturan Allah Swt adalah tanda
kita beriman seratus persen padaNya, juga bukti cinta kita padaNya.
Kawan, aturan Allah Ta’ala sudah pasti ada hikmah dan manfaatnya.
Jadi, jangan ngerasa rugi ketika kita memutuskan taat pada Allah, karena
bagaimanapun kita ini manusia. Kita tidak tahu apa yang terbaik buat kita, maka
jadikanlah Allah yang Mahatahu segalanya sebagai rujukan aktivitas yang kita
lakukan.
Cinta Islam sampai mati
Rasa cinta memang naluri, Islam sangat tegas dan jelas
menentukan aturan terhadap rasa cinta yang dimiliki manusia. Sssttt.. bukan
berarti Islam mengekang manusia lho, justru ini tanda Islam peduli umatnya.
Tanda Allah Ta’ala cinta hambaNya. Agar manusia nggak jatuh terjerumus pada
hal-hal yang menghinakan dan juga menyengsarakan manusia. Oya, dilarang
ngelakuin pacaran itu, bukan berarti kita terlarang punya cinta. Kita bisa
tetep punya cinta kok. Kita bisa salurkan rasa cinta ini pada suatu hal
yang benar dan baik. Tentu saja cinta yang diekspresikan sesuai tuntunan Allah
Swt dan RasulNya.
Eh, ngomong-ngomong tentang subjudulnya yang ‘cinta Islam”,
apa sih maksudnya? Hm m.. ini nih ada ayat dalam al-Quran yang
patut kita perhatikan dan renungkan, “Katakanlah ,’Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri ke rugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya dan (dari) Jihad di JalanNya , maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.” Dan Allah tida memberi
petunjuk kepada orang-orang fasik.(QS
at-Taubah [9]: 24)
Masa remaja yang katanya enerjik dan penuh semangat,
sebenarnya bisa diarahkan jadi pengemban obor perjuangan. Namun, amat
disayangkan bagi remaja yang enggan berjuang untuk Islam. Ayolah, jangan sibuk
ngejar cinta birahi terhadap lawan jenis yang buat kita terhina—karena cara
ekspresinya nggak halal. Seharusnya kita bisa sibuk memperjuangkan Islam, sibuk
mencari ilmu Islam, itulah bukti bahwa kita punya cinta, cinta pada Islam!
By the way,
kalo kamu nggak pacaran pun, tenang aja soal jodoh. Jangan takut nggak dapet
jodoh atau khawatir jodoh yang kita dapat bukan jodoh yang terbaik. Sebab,
Allah Ta’ ala sudah tentuin jodoh kita masing-masing. Termasuk seperti apa
jodoh kita kelak. Baik atau buruknya, tergantung pribadi kita juga lho. Firman
Allah Swt., “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji,
dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS an-Nuur
[24]: 26)
So, berdoalah
pada Allah agar kita diberikan jodoh terbaik. Tentunya kita pun aktif perbaiki
sikap kita agar jadi pribadi yang sen antiasa bertakwa pada Allah Swt. Tetap
konsisten dalam Islam, dan tentu saja tetap taat pada Allah. Salah satunya nih,
dengan menahan gejolak cinta yang telah Allah berikan. Tahan dan kendalikan
sampai waktunya tiba, yakni saat kita halal dengan seorang yang telah
ditentukan Allah sebagai jodoh kita melalui pernikahan. Itulah bukti kita masih
punya cinta.
Oke deh, keep
smile, hamasah buat kalian. Oya, jika cinta Allah sudah
didapat, maka In sya Allah surga pun bisa kita raih. Itulah janji Allah.
FirmanNya, “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka
itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi
nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shidiqien, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman sebaik-baiknya.” (QS
an-Nisa[4]: 69)
Yuk, pastikan
kamu tetap memiliki cinta meski tidak kamu wujudkan dalam pacaran. Stop
pacaran! Taat dan takutlah hanya pada Allah Ta’ala. Insya Allah, semua akan
indah pada waktunya, yakni nanti dalam pernikahan. Sekarang? Fokuslah belajar!
“Mencintai
seseorang jangan sampai melupakan yang Maha memiliki cinta, yaitu
Allah Azza wa Jalla yang Maha Cinta”. [Agung
Wibisono [@agungMSVrs]
Buletin Dakwah EL-MARJAN
Penerbit: Rohis Daarul Mu’allimin - SMK Negeri 1 Cibinong
Redaksi: Departement Tarbiyah Dakwah & Humas
Layout & Editor: Agung Wibisono
Distributor: Departement Humas & DKM
Kritik & Saran: 085710389886
Blog: rohis-smkn1cibinong.blogspot.com
Email:rohissmknsatucib@gmail.com
Twitter: @RohisDM_cbn
Related Posts :
- Back to Home »
- Artikel , Buletin , cinta , Dept. Humas , Dept. Tarbiyah Dakwah , El-Marjan , pacaran »
- Cinta Tanpa Pacaran