Posted by : ROHIS - SMKN 1 CIBINONG
Minggu, 07 Februari 2016
Cakep itu Jujur!
(Buletin El-Marjan [Edisi. 08/Th. II)
Oleh: Abid Ramadhan [RDM13]
Nyontek
adalah budaya, benarkah?
Nyontek!
Nyontek yang akan dibahas di buletin ini, ialah mencontek dalam hal ujian
pendidikan.
Sebenarnya
menyontek adalah suatu hal yang mungkin bahkan bukan mungkin lagi, tapi sudah
sangat sering atau setidaknya pasti pernah dilakukan oleh orang-orang yang
sempat menginjak bangku sekolah. Dan sudah sangat tidak awam lagi di telinga
kita kata ‘nyontek’ atau bahkan pada
era globalisasi ini sering juga diperindah dengan kata ‘cheating’ walau sebenarnya adalah bahasa asing dari kata menyontek
itu sendiri.
Mendengarnya
mungkin orang bisa langsung berpikiran negatif mengenai kegiatan yang satu ini,
tentu saja, menyontek merupakan kegiatan kecil yang dilakukan saat tidak dapat
melakukan apa-apa lagi terhadap suatu masalah yang berujung dengan melihat atau
bisa disebut pula mencuri ide/pikiran orang lain, bisa dibilang menyontek
adalah contoh sederhana dari kejahatan besar seperti menjimplak karya orang
yang berarti mencuri.
Yaa,
mungkin tidak sekejam itu namun pada kenyataannya kegiatan yang sering
dikaitkan dengan ujian atau pelajar ini memiliki arti yang sama dengan semacam
penjimplakan. Biasanya para pelaku yang pernah menyontek saat ujian mengaku ia
tidak bisa menjawab soal sehingga berakhir dengan melirik jawaban teman, baik
diketahui bahkan yang tidak diketahui sama sekali.
Herannya,
sering terjadi pengabaian terhadap larangan untuk mencontek disaat ujian yang
pengawas selalu mengucapkan kalimat peringatan yang sudah seperti kalimat
pembuka dalam setiap ujian, “Kerjakan Masing-masing”. Bahkan, hingga soal
berpaket meluncur turun tangan menghadapi para pelajar ataupun persilangan
antar angkatan dalam satu kelas atau paper
less untuk memperkecil kesempatan peserta untuk berbuat curang atau
mencontek. Namun masih saja, makin canggih sistem ujian, makin canggih pula
pelajarnya dalam kegiatan mencontek. Mengapa makin diingatkan makin mengabaikan
? Mengapa makin diperbaharui sistem ujiannya makin beragam cara cara curangnya
? Seakan akan kegiatan ‘nyontek’
sudah seperti budaya yang terus hidup mengikuti perkembangan zaman dan selalu mengiringi
pelaksanaan ujian pendidikan. Masih bertanya? Benarkah ‘nyontek’ sudah seperti budaya? coba tanyakan pada diri kita masing
masing, “berapa kali terulang diri kita
mencontek?”. Bila sudah berulang ulang, ya bisa jadi kita telah menjadi
korban budaya ‘mencontek’.
Dan
memanglah tidak dapat kita pungkiri lagi, kita dapat lihat kenyataannya di
setiap ujian pasti ada aja pelaku kegiatan ‘nyontek’
atau setidaknya ada saja yang gelisah saja perilakunya dan berusaha melakukan
perbuatan yang tidak jauh dari mencuri/menjiplak/menipu ini. Hmm... ya, memang
sudah menjadi budaya yaah. Namun, sayangnya budaya kurang atau bahkan kita
dapat sebut itu tidak yang baik.
Mengapa Nyontek?
Alasan
utama mengapa mencontek kebanyakan adalah karena tidak siap mengikuti ulangan
atau ujian. Pertanyaan menggelitik terus saya lontarkan. Mengapa tidak siap?
Jawabnya
karena tidak belajar. Mengapa tidak
belajar? Nahh, Ini nih yang harus diselidiki. Tanyakan pada diri Kita
sendiri, “Mengapa saya tidak belajar?
Bukankah ingin sukses dunia akhirat?”
Sebenarnya
tidak ada alasan yang pantas untuk dijadikan alasan untuk mencontek. Why?
Okee.. Lanjut baca dulu..
Boleh gak sihh?
Sudah
sangat sering kita dengar “Kerjakan masing masing!”, “Jangan lirik kanan-kiri!”
Dan
yang to the poin “Jangan Nyontek!”. Jangan jangan dan jangan. Pasti pahamlah
apa arti kata “Jangan”. Jangan ialah kata yang digunakan untuk menyatakan
dilarangnya suatu kegiatan. Dan “Jangan
Nyontek” berarti perbuatan nyontek itu dilarang.
Dan
bagaimana hukumnya dalam Islam?
Rasulullah Saw
bersabda, “Siapa yang menipu kami maka ia bukan termasuk golongan kami; pembuat
makar dan tipu daya akan masuk neraka” (HR Thabrani
dengan sanad yang baik dan HR Ibnu Majah dalam shahih-nya).
Jelaskan?
Semua bentuk penipuan dilarang keras oleh Rasulullah SAW, bahkan langsung
diancam oleh neraka. Mencontek jelas menipu, maka akhirnya jelas neraka.
Kecuali bagi yang bertaubat dan berhenti dari segala bentuknya.
Allah
dalam QS Al-Baqarah 2:9 berfirman:
يخادعون الله والذين آمنوا وما يخدعون إلا
أنفسهم وما يشعرون
Artinya: “Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu
dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”
Jadi,
‘nyontek’ atau ‘mencontek’ hukumnya haram karena termasuk perilaku tipu daya,
penipuan baik kepada orang lain maupun pada diri sendiri. Mencontek saat ujian
adalah perilaku tipu daya yang tidak bertanggung jawab yang memiliki dampak
besar di masa depan.
Nyontek
adalah perilaku korup yang harus segera dihentikan dan diganti dengan kejujuran
dan kerja keras, dan tak boleh dilupakan pula do’a serta tawakal kepada Allah.
Nyontek itu rugi
loh!
Tahukah
kamu? Bahwa mencontek itu membawa banyak penyakit dan membawa keburukan. Apa
penyakitnya? Apa keburukannya?
Penyakit
penyakit yang dibawa oleh kegiatan mencontek yaitu malas berfikir , rasa kurang
percaya diri , keterbiasaan
bergantung kepada oranglain , dll... Sebenarnya masih banyak namun tiga
dulu aja.
Merasa
enak dapat menjawab soal ujian tanpa berfikir, kemudian kita melakukannya terus
menerus karena merasa enak dan akhirnya kita melupakan sesuatu. Apa yang Kita
lupakan? Kita lupa bahwa kita memiliki otak yang berfungsi untuk berfikir. Ya,
sebenarnya kita sudah sadar kita memiliki otak, namun tidak mempergunakannya
dengan baik dan benar ialah bentuk perilaku yang mencerminkan kita tidak
bersyukur dan melupakan bahwa kita memiliki sarana berfikir yang telah Allah
berikan. Malas berfikir, jarang memakai otak dengan baik dan benar lama
kelamaan akan berujung kepada kebodohan. Itulah penyakit malas berfikir yang
dibawa oleh kegiatan ‘mencontek’ atau ‘nyontek’, yang sama dengan menggiring
diri sendiri kepada kebodohan.
Dan
mencontek dapat menjadikan Kita ragu terhadap setiap jawaban sendiri yang padahal
hasil dari belajar kita sendiri tetapi kita lebih mempercayai jawaban
oranglain, karena merasa jawaban orang lain lebih benar daripada jawaban kita.
Saya ulangi lagi, Sikap ini, sikap lebih mempercayai jawaban orang lain
daripada hasil belajar sendiri dapat menjadikan kita orang yang selalu memiliki
keraguan dalam menghadapi soal soal ujian dan akhirnya melirik jawaban teman.
Dan itu menjadikan kita bergantung kepada jawaban teman, karena merasa ragu
dengan jawaban sendiri. Dan sudahlah, tertanam penyakit rasa kurang percaya
diri dan keterbiasaan bergantung kepada oranglain pada diri kita bila
membiasakan diri mencontek.
Tiada
kepuasan dari nilai yang didapat, karena sejatinya jawaban jawaban dari hasil
mencontek bukanlah milik kita, bukan hak kita, itu adalah hasil belajar
temanmu. Maka, nilai bagus yang Kita dapat dari hasil mencontek pun sejatinya
bukan nilai kita. Samalah dengan Kita tidak ikut serta dalam ujian bila kita
bukan mengerjakan ujian kita sendiri, karena ujian itu wadah untuk mengukur
sejauh mana pemahaman kita(diri sendiri, masing masing individu) atas apa yang
telah dipelajari selama di masa sekolah. Kepalsuanlah yang kita dapat bila
hasil yang didapat bukan murni jawaban apa yang telah kita pelajari.
Terjangkit
penyakit malas berfikir , rasa kurang percaya diri , keterbiasaan bergantung
kepada oranglain , Menggiring diri sendiri kepada kebodohan, tidak akan
mendapatkan kepuasan atas nilai yang didapat, Itulah beberapa kerugian dari
mencontek yang dijelaskan di atas.
Mari Kita
bersihkan diri
Kawan,
yang pernah mencontek walapun sedikit atau pernah senang mencontek atau bahkan
masih senang dan masih dilakoni hingga kini. Mari, kita bersihkan diri kita
dari kegiatan yang tak lain hanya membawa kemudharatan. Mari bersihkan diri
kita, sucikan nilai kita, menjauhi segala laranganNYA.
Menghentikan diri
dari kebiasaan mencontek
Untuk
menghindar dan berhenti dari kebiasaan
nyontek yang pertama dan utama adalah niat dan komitmen untuk berhenti nyontek
apapun yang terjadi. Setelah itu ikuti langkah-langkah berikut:
- Menyadari bahwa hidup yang bermartabat, terhormat dan membahagiakan dalam jangka panjang itu adalah hidup yang penuh kejujuran. Betapapun beratnya kejujuran itu.
- Menyadari bahwa hasil dari mencontek adalah kepalsuan. Bagaimanapun tingginya prestasi yang dicapai darinya.
- Menyadari bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kerja keras dan saat memetik hasil dari jerih payah sendiri. Betapapun hasil yang dicapai di bawah harapan kita.
Berteman
dengan orang-orang jujur dan pekerja keras dan menjauh dari lingkungan
teman-teman yang suka menyontek.
Wal akhiru kalam.
Semoga Kita dapat
menjadi pribadi yang jujur dan amanah.
Semoga bermanfaat.Buletin Dakwah EL-MARJAN
Penerbit: Rohis Daarul Mu’allimin - SMK Negeri 1 Cibinong
Redaksi: Departement Tarbiyah Dakwah & Humas
Layout: Agung Wibisono
Editor: Abid Ramadhan
Distributor: Departement Humas & DKM
Kritik & Saran: 085710389886
Blog: rohis-smkn1cibinong.blogspot.com
Email:rohissmknsatucib@gmail.com
Twitter: @RohisDM_cbn
Related Posts :
- Back to Home »
- Artikel , Buletin , cakep , Dept. Humas , Dept. Tarbiyah Dakwah , El-Marjan , jujur , nyontek , ujian »
- Cakep itu Jujur!