Posted by : ROHIS - SMKN 1 CIBINONG
Senin, 25 Juni 2012
Sebagai seorang muslim, kita bisa selalu
bahagia setiap hari. Kita punya Al Qur’an yang bisa kita baca dan
pahami setiap waktu. Saat gundah terasa menyiksa jiwa, Al Qur’anlah
penawarnya. Saat ruhiyah kering karena masalah, sholat dua rakaatlah
obatnya. Saat hati kesal dengan seseorang, bukankah kita tetap bisa
bahagia dengan sikap bersabar
dan memaafkan. Saat uang tak ada lagi di
genggaman, bukankah kita tetap bisa bernafas dengan lapang dan
menjernihkan ikhtiar untuk mendapatkannya. Saat makanan yang dihidangkan
tak sesuai selera, bukankakah kita bisa menikmatinya dengan
membayangkan itu adalah makanan paling lezat di dunia. Kita bisa
mensugesti sesuatu yang tak enak menjadi enak dengan pikiran kita.
Apapun masalah yang kita hadapi,
semuanya pasti ada solusi untuk mengatasinya. Allah memberikan masalah
bukan untuk membuat kita lemah tapi untuk menyadarkan kita akan
pentingnya menggunakan setiap hal dalam diri kita untuk mengatasinya.
Sekali lagi tak ada masalah yang tak ada solusinya.
Tak ada hujan yang terjadi setiap hari.
Tak ada panas sepanjang tahun. Tak ada banjir yang datang setiap waktu.
Tak ada jalan yang selalu lurus. Tak ada jalan yang selalu
berkelok-kelok. Tak ada laut yang selalu tenang. Tak ada pula laut yang
selalu berombak. Tak ada angin badai setiap saat. Tak ada gunung yang
setiap hari meletus. Semuanya berjalan pada waktunya saja. Dan kehidupan
kelak akan kembali normal.
Hidup adalah pergiliran masa. Tak ada
kehidupan yang tenang-tenang saja. Seperti tiadanya kehidupan yang
selalu didera dengan ujian-ujian. Tak ada kehidupan abadi. Semuanya akan
melalui giliran dan tahapan. Bukankankah kita saat ini adalah proses
panjang dari fase-fase kehidupan yang telah kita jalani. Satu hal yang
pasti kehidupan adalah seni menikmati pergiliran kondisi.
Tak ada yang aneh dalam kehidupan ini.
Semuanya berjalan normal-normal saja. Semua orang pernah merasakan
sedih. Semua orang juga pernah gembira. Semua pernah meraih sukses.
Setiap orang juga pernah merasakan kegagalan. Semuanya berjalan sesuai
dengan fase-fase kehidupan yang memang telah digariskan.
Seperti sebuah pertunjungan seni yang
mengundang decak kagum para penikmatnya, begitulah kehidupan ini mesti
dijalani. Kita adalah para aktor kehidupan yang harus menampilkan
keindahan dalam setiap skenario kehidupan. Kita mesti menikmati setiap
giliran kondisi hidup dengan seni. Kadang-kadang kita harus memerankan
sikap bersedih dan ada kalanya kita mesti memerankan sikap bahagia. Jika
para aktor di dunia peran sangat menjiwai peran yang dimainkkannya,
mengapa kita aktor kehidupan nyata tak pernah sukses memerankan lakon
yang mesti dijalani?
Kita adalah hamba yang dilahirkan untuk
menikmati kebahagiaan. Jadilah aktor serba bahagia. Ingat, takkan ada
kesedihan yang sanggup mengalahkan pribadi bersabar. Tak ada kesenangan
yang mengkufurkan pribadi bersyukur. Milikilah seni 2S (Sabar &
syukur) ini dalam menikmati pergantian proses kehidupan. Syukur dengan
hadirnya nikmat dan sabar dengan datangnya masalah. Pada akhirnya
semuanya akan mendatangkan kebahagiaan. Karena kebahagiaan adalah milik
kaum muslimin dimanapun berada.
Selamat menjemput kebahagian.[]
Penulis : Sardini Ramadhan
Sumber : BeDa
Related Posts :
- Back to Home »
- Artikel , Dept. Humas , Dept. Tarbiyah Dakwah »
- Seni Menjemput Kebahagiaan